PAKat X

B. Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab terhadap Pengaruh Media Massa

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas X BAB II dengan tema Bersikap Kritis dan Bertanggung Jawab terhadap Pengaruh Media Massa. Melalui tema ini diharapkan para siswa mampu menjelaskan dampak positif serta negatif dari penggunaan alat teknologi informasi pada era digital saat ini; merumuskan pandangan Gereja tentang media massa berdasarkan Dekrit Konsili Vatikan II tentang Komunikasi sosial (Intermerifica, Art. 9 & 10); menyebutkan contoh sikap kritis terhadap media massa; dan mampu membuat rumusan pesan teks Markus 2:23-38 dalam kaitannya dengan sikap kristis Yesus terhadap Hukum Taurat dan hari Sabat.

Dasar Pemikiran

Media komunikasi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sebagai dampaknya, informasi yang masuk ke dalam kehidupan sehari-hari tidak terbendung. Persoalannya, informasi itu ada yang bersifat membangun, tetapi ada juga yang bersifat merugikan. Pada umumnya remaja bersifat polos dalam mengadopsi kehadiran media. Mereka menelan begitu saja apa yang disediakan

Continue reading…

A. Suara Hati

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas X BAB II dengan tema Manusia Makhluk Otonom. Pada bagian ini kita diajak untuk memahami sikap dan berperilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat. Kita juga harus belajar membuat keputusan dengan mendengarkan suara hati atau hati nuraninya.

Continue reading…

Bab II. Manusia Makhluk Otonom

Manusia Makhluk Otonom adalah materi pembelajaran ke 2 mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budipekerti kelas X (sepuluh). Sebagai manusia yang bermatabat kita diingatkan bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sikap, dengan kata lain, ia adalah makhluk yang mandiri.

Secara etimologi, Otonomi berasal dari bahasa Yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukum atau aturan, jadi pengertian otonomi adalah pengundangan sendiri. Otonom berarti berdiri sendiri atau mandiri. Jadi setiap orang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah tindakannya sendiri. Ia harus dapat menjadi tuan atas diri.

Continue reading…

D. Keluhuran Manusia sebagai Citra Allah

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budipkerti kelas X (sepuluh) Materi ke 4: Keluhuran Manusia Sebagai Citra Allah. Melalui pembelajaran ini diharapkan kita mampu memahami sikap saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai Citra Allah yang bersaudara satu sama lain.

Sebagai  sesama  citra  Allah,  setiap  manusia  adalah  bersaudara.  harus saling menghormati  dan saling mengasihi. Sikap ini seperti yang digambarkan Yesus dalam  perumpamaan  tentang  orang  Samaria yang murah  hati.  Dalam perumpamaan itu dikisahkan bagaimana orang Samaria yang baik hati itu telah memperlakukan orang Yahudi yang mendapat bencana di jalan seperti saudaranya sendiri, bahkan lebih dari itu.

Continue reading…

C. Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budipekerti kelas X (sepuluh) Materi ke 3: Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan. Melalui pembelajaran ini diharapkan kita mampu memahami dan menunjukkan jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.

B. Mengembangkan Karunia Allah

Dalam pembahasan ini kita diajak untuk menyadari bahwa setiap manusia adalah unik dan diberikan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Sebagai kaum beriman patutlah kita bersyukur kepada Tuhan dengan cara mengembangkan bakat dan kemampuan dengan sebaik-baiknya. Keunggulan diri berkaitan dengan bakat dan kemampuan hendaknya tidak membuat setiap orang merasa lebih unggul dari yang lain, sehingga dapat memunculkan sikap sombong dan arogan. Demikian halnya dengan keterbatasan yang ada tidak membuat orang menjadi rendah diri, minder atau bahkan merasa menjadi orang yang tidak berguna.

Menurut Aristoteles, manusia akan bahagia jika ia secara aktif merealisasikan bakat-bakat dan potensinya. Manusia adalah makhluk yang mempunyai banyak potensi, tetapi potensi-potensi itu akan menjadi nyata jika kita merealisasikannya. Kebahagiaan tercapai dalam mempergunakan atau mengaktifkan bakat dan kemampuannya. Setiap orang mempunyai kemampuan dan bakat-bakat dalam ukuran tertentu. Kemampuan dan bakat yang dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan bakat adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta. Tuhan menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Dalam Injil Matius 25:14-30, dikisahkan tentang seorang tuan yang memanggil hamba-hambanya dan memberi mereka sejumlah talenta untuk “dikembangkan” dan “digunakan”. Setiap orang, termasuk para remaja diberi talenta oleh Tuhan. Mereka harus mengembangkan dan menggunakan talenta itu sebagaimana mestinya. Mengembangkan dan menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani. Allah memberikan kemampuan dan talenta yang berbeda kepada setiap orang dan kemampuan itu hendaklah digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Yesus memberikan gambaran seorang tuan yang memberikan talenta kepada hamba-hambanya. (Mat 25:14 – 30). Iapun menindak tegas kepada seorang hamba yang tidak mau mengembangkan talenta dan hanya memendamnya ke dalam tanah.

Baca dan renungkankan perikop dibawah ini dan tulis refleksimu di fom yang telah disediakan!

Injil Matius 25:14-30

Mat 25:14“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
Mat 25:15Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
Mat 25:16Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
Mat 25:17Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
Mat 25:18Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
Mat 25:19Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
Mat 25:20Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
Mat 25:21Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Mat 25:22Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
Mat 25:23Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
Mat 25:24Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Mat 25:25Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
Mat 25:26Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
Mat 25:27Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
Mat 25:28Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
Mat 25:29Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
Mat 25:30Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

Bab I. Manusia Makhluk Pribadi

Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas X BAB I. Manusia Makhluk Pribadi. Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah “pribadi” dalam bahasa Yunani adalah hupostasis, diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person) yang digunakan untuk menyebut manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri), individu, ataupun karakter. Manusia sebagai makhluk pribadi berarti ingin menekankan dirinya sebagai diri manusia secara individu.

Continue reading…

A. Aku Pribadi Yang Unik

Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya

Continue reading…

Roh Kudus dan Allah Tritunggal

Roh Kudus dan Allah Tritunggal adalah bagian terakhir dari materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas X SMA/K kurikulum 2013. Melalui pembahasan materi dalam bab ini, kita diajak diajak untuk memahami bersama pengertian Tritunggal Mahakudus dan Peranan Roh Kudus bagi Gereja.

Sebagai pribadi Katolik, kita mengenal Trinitas atau Tritunggal yang kita pahami sebagai kesatuan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus. Kita mengimani Allah yang melaksanakan karya penyelamatannya bagi manusia sepanjang zaman, melalui peran ketiga pribadi: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Ketiganya merupakan kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan, walaupun ketiganya berbeda.

Agar lebih mudah kita memperlajari bagian ini, maka materi ini akan terbagi dalam 2 bagian; Pertama kita akan berbicara tentang Tritunggal Mahakudus dan yang kedua kita akan mambahas secara khusus peran Roh Kudus bagi Gereja.

A. Tritunggal Mahakudus

Banyak orang menganalogikan (red. persamaan atau persesuaian) Tritungal Mahakudus itu seperti matahari. Allah Bapa seperti matahari yang memberikan sinarnya hingga dunia menjadi terang. Terang itu dapat dianalogikan sebagai Yesus Kristus. Selain terang matahari juga memberikan hangatnya/panas yang dianalogikan sebagai Roh Kudus.

Analogi tersebut tidak sepenuhnya salah, dan tidak sepenuhnya benar. Kita tidak bisa menyamakan Allah Bapa seperti matahari, karena Allah Bapalah penciptanya. Tapi kita bisa mendekati pemahaman Tritunggal Mahakudus seperti matahari dengan terang dan panasnya karena ketiganya tidak dapat dipisahkan dan memiki karakter, sifat dan kepribadian masing-masing.

Dogma tentang Tritunggal Maha Kudus menurut Katekismus Gereja Katolik, yang telah berakar dari zaman jemaat awal: a). Tritunggal adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke- Allahan seolah masing-masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat ilahi yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera. b). Walaupun sama dalam kodrat ilahinya, namun ketiga Pribadi ini berbeda secara nyata satu sama lain, yaitu berbeda di dalam hal hubungan asalnya: yaitu Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan. c). Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah.

Ungkapan Iman akan Tritunggal dalam Gereja

Dalam kehidupan kita sebagai orang beriman ada banyak hal yang kita lakukan, yang mengungkapkan iman kita akan Allah Tritunggal Mahakudus. Ungkapan-ungkapan itu antara lain sebagai berikut:

  1. Tanda Salib. Membuat Tanda Salib (menandai diri dengan salib) sebelum dan sesudah berdoa merupakan ungkapan yang khas bagi Umat Katolik. Pada saat membuat tanda salib kita mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan iman akan Tritungggal: “Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin”. Dengan membuat tanda salib kita hendak mengungkapkan iman akan karya penyelamatan Allah yang sejak semula sudah direncanakan dan dilaksanakan Bapa dengan berbagai cara, dan yang secara khusus dinyatakan dalam sengsara dan wafat serta kebangkitan Putera-Nya, Yesus Kristus, dan yang berkat Roh Kudus masih berlangsung hingga sekarang ini. Dengan tanda salib kita meneladan Yesus Kristus yang berkat salib- Nya telah menebus dosa dan mengantar manusia kepada Allah Bapa, serta berharap dapat berpartisipasi meneruskan dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Doa Kemuliaan (Gloria). Madah kemuliaan yang biasanya kita nyanyikan merupakan pujian atas kebesaran karya keselamatan Allah. “Kemuliaan kepada Allah di Surga.” Kita tahu bahwa Allah telah turun dari Surga untuk keselamatan kita dan untuk mengangkat kita “ke atas” manusia yang kecil yang mengagumi karya kebesaran Allah. Dalam madah ini, kita juga memuji Putera Allah yang setara dengan Bapa, yang “menghapus dosa dunia”, yang menebus kita. Dalam penutup madah ini, kita sekali lagi mengingat hidup Allah Tritunggal; dan Kristus Penebus kita, yang mewahyukan Bapa bersama dengan Roh Kudus, sekali lagi menjadi pusat cinta kasih dan pujian kita: “Karena hanya Engkaulah kudus, hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah Mahatinggi, Ya Yesus Kristus, bersama dengan Roh Kudus, dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.
  3. Syahadat/Credo. Isi Syahadat/Credo, dengan sangat jelas mengungkapkan iman akan Allah Tritunggal Mahakudus. Syahadat atau credo merupakan ringkasan seluruh sejarah karya penyelamatan Allah, mulai dari penciptaan, penjelmaan, kesengsaraan, wafat, kebangkitan, kenaikan ke Surga, kedatangan Roh Kudus, kedatangan Kristus kembali, misteri Gereja, sakramen-sakramen sampai dengan kehidupan kekal. Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan Syahadat/Credo kita mengenangkan seluruh sejarah penyelamatan yang dilaksanakan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. Sejarah penyelamatan adalah sejarah keselamatan yang berasal dari Bapa, terlaksana oleh Putera dan dilanjutkan oleh Roh Kudus di dalam Gereja sampai pada akhir zaman.
  4. Doksologi. Doksologi artinya doa pujian. Doa ini diucapkan pada akhir dari Doa Syukur Agung pada waktu Perayaan Ekaristi. Doa Doksologi berbunyi: “Bersama dan bersatu dengan Kristus dan dengan perantaraanNya, dalam persatuan dengan Roh Kudus, disampaikanlah kepada-Mu Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian, kini dan sepanjang segala masa”. Umat menjawab “Amin”.
  5. Pembaptisan; Pembaptisan yang dilaksanakan dalam Gereja Katolik menggunakan rumusan Trinitas. Pada waktu membaptis, Imam mengucapkan, “N………….. (Nama orang yang dibaptis) Aku membaptis kamu: dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.” Melalui pembaptisan ini, orang yang dibaptis dipersatukan dalam kehidupan Tritunggal Mahakudus.

Yesus Putra Allah dan Juru Selamat

Pendidikan Agama Katolik Kelas X. Pada bagian ini kita diajak untuk mampu menemukan pengertian dan makna gelar-gelar Yesus. Dengan memahi gelar-gelar Yesus diharapkan kita mampu memiliki sikap dan tindakan sebagai konsekwensi pemahaman kita dalam memahami gelar-gelar Yesus.

“Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Orang tidak akan sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6) sumber: mysticpost

Dalam masyarakat, kita mengenal adanya orang-orang yang karena sebab tertentu memiliki gelar. Ada gelar yang sifatnya akademis, ada gelar yang berkaitan dengan kebangsawanan, ada gelar yang berkaitan dengan ketokohan dalam bidang tertentu. Idealnya, orang yang memiliki gelar tersebut, hidupnya mencerminkan kemampuan atau perilaku yang sesuai.

Dalam Kitab Suci, kita menemukan berbagai gelar yang diberikan Allah sendiri maupun oleh Umat beriman maupun yang dinyatakan sendiri oleh Yesus. Dalam Kitab Suci, khususnya Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus memiliki banyak gelar. Dari sekian banyak gelar tersebut, ada tiga gelar yang sering disebut, yakni gelar Yesus sebagai “Tuhan”, “Anak Allah”, dan “Juru Selamat”.

Continue reading…

Yesus, Sahabat, Tokoh Idola, Putra Allah dan Juru Selamat

Banyak aspek yang dapat  kita dalami tentang  Yesus Kristus. Dalam bab sebelumnya, kita sudah memahami perjuangan Yesus Kristus dalam mewartakan Kerajaan Allah. Perjuangan-Nya yang tergolong singkat (sekitar 3 tahun) ternyata bukan perkara mudah. Ia tidak hanya berusaha memurnikan pemahaman masyarakat tentang Kerajaan Allah yang sudah terlebih dahulu diajarkan oleh tokoh-tokoh dan kelompok masyarakat sebelumnya; melainkan juga harus berhadapan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama Yahudi yang tidak menyukai karya-Nya. Tokoh masyarakat dan tokoh agama Yahudi tidak hanya membenci dan menolak kehadiran Yesus, tetapi mereka juga berusaha menjebak dan mempersalahkan Yesus, bahkan selalu berupaya dengan berbagai cara untuk membunuh-Nya.

Continue reading…

Bab V. Sengsara, Wafat, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus

Sengsara, Wafat, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus adalah materi ke lima Pendidikan Agama Katolik Kelas X. Pada materi ini kita diajak untuk memahami  pribadi  Yesus Kristus  yang rela menderita, sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia. Serta mampu meneladani  pribadi  Yesus Kristus  yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.

Continue reading…