A. Aku Pribadi Yang Unik


Setiap manusia itu unik (unique/ Inggris atau unus/ latin = satu), tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan dengan orang lain. Bahkan manusia kembar sekalipun selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan itu lebih jauh dan lebih dalam dari yang dapat dilihat, dirasa, didengar dan dikatakan. Pada umumnya perbedaan ini yang membuat orang iri hati, bertentangan, bermusuhan dan ingin saling meniadakan. Padahal dengan perbedaan itu justru orang dapat saling memperkaya dan melengkapi. Perbedaan itulah yang menjadi keunikan setiap manusia. Keunikan itu bisa diamati dari hal-hal fisik, psikis, bakat/kemampuan serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang berbeda dan dapat dikenal dan diperlakukan secara khusus pula. Untuk mengatasi perbedaan itu, diperlukan sikap menerima diri apa adanya

Jabatan dalam keorganisasian dapat digantikan oleh orang lain, tetapi kedudukan setiap manusia dalam seluruh kerangka ciptaan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Peran orang tua dalam keluarga dapat saja digantikan oleh orang lain, tetapi peran sebagai ciptaan tidak mungkin digantikan oleh siapapun. Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tugas yang khas di dunia ini. Orang yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai anugerah, ia bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang ada pada dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan demikian, ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti orang lain, ia tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan melakukan tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan terhadap dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa saja. Ada orang yang kurang menerima keunikan diri. Orang yang demikian akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun demi menutupi keterbatasan diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian sering beranggapan seolah penampilan luar lebih penting. Singkatnya, manusia adalah makhluk yang indah dan “istimewa”. Keistimewaan dan keagungan manusia ini hendaknya sungguh disadari oleh semua peserta didik.

Sebagai orang beriman kristiani yang sungguh-sungguh ingin semakin memahami, menerima, bangga, dan percaya diri, Yesus adalah teladan yang paling utama dan pertama. Dari semula Ia menyadari diri sebagai manusia yang berbeda dengan yang lainnya. Dari cara berpikir, bersikap dan bertindak, Ia tidak ragu menunjukkan diri sebagai pribadi yang tidak sama dengan yang lainnya. Sebagai seorang pribadi kita harus menyadari, mengerti dan menerima diri apa adanya. Dengan demikian kitapun akan dapat semakin mengembangkan diri dan melakukan sesuatu dengan kesadaran diri (self-consciousness), penerimaan diri (self-acceptance), kepercayaan diri (self-confidence) dan perasaan aman diri (selfassurance) yang tinggi. Dengan dasar itu kita dapat mengisi hidup, meraih cita-cita dan melaksanakan panggilan Allah.

Menerima diri merupakan proses yang tidak mudah. Banyak remaja yang seringkali tergoda untuk merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketika melihat temannya lebih kaya, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dalam keluarga yang miskin? Ketika melihat orang lain berkulit putih, ada remaja yang berfikir: mengapa saya dilahirkan dengan kulit kusam? Ketika melihat temannya berhidung mancung, ada remaja yang berpikir: mengapa saya dilahirkan dengan hidung pesek? Melihat temannya pintar dalam pelajaran tertentu, ada remaja yang berpikir: mengapa saya tidak sepandai dia?

Mereka yang masih berpikir seperti itu, rupanya belum menyadari; bahwa untuk hal-hal tertentu, khususnya yang bersifat fisik-jasmaniah, apa yang melekat dalam diri kita sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan. Mereka lupa, bahwa banyak orang kaya juga tidak bahagia, banyak orang cantik atau tampan juga tidak sukses; sebaliknya banyak orang dengan wajah biasa (bahkan kurang menarik) dari keluarga miskin sekalipun bisa sukses dan dihargai banyak orang. Sikap tidak menerima diri bisa menumbuhkan sikap iri, ingin menjadi seperti orang lain, dan akhirnya menghalalkan segala cara.

Perhatikan kutipan berikut ini!

1:26. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” 1:29. Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. 1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.” Dan jadilah demikian. 1:31. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.

Pernahkah kamu berfikir. Adakah orang kembar yang benar-benar sama? meski body dan fisiknya hampir sama, tetapi sifat dan kebiasaan serta kegemaran mereka pasti berbeda. Bagaimana dengan kloning? Kloning adalah pengembangbiakkan species dengan menggunakan DNA tetua yang menghasilkan sel baru yang mempunyai sifat mirip dengan induknya. Pada tahun 1997, dunia dikejutkan dengan pengumuman biri-biri ”selebritis” Dolly. Mirip di sini bukan berarti sama persis, Dolly tetap berbeda dengan induknya. Kloning di dunia pertanian dikenal sebagai pembiakan vegetatif, ada 2 cara yaitu dengan stek dan cangkok. Tanaman yang dihasilkan dari stek dan cangkok akan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Misal anda mencangkok rambutan unggul, maka tanaman hasil cangkokan akan mempunyai rasa buah yang sama dengan induknya. Hal ini berbeda dengan perbanyakan dengan biji. Rambutan yang anda makan kemudian bijinya anda tanam maka kelak rasa buahnya belum tentu akan semanis induknya, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya utamanya adalah genetis ke dua induk tetuanya. Dari uraian di atas untuk binatang dan tumbuhan walaupun secara kloning pun ada penyimpangan sifat. Hal ini berarti manusia adalah unik, tidak ada yang sama antara satu dengan yang lain.