Yesus Putra Allah dan Juru Selamat


Pendidikan Agama Katolik Kelas X. Pada bagian ini kita diajak untuk mampu menemukan pengertian dan makna gelar-gelar Yesus. Dengan memahi gelar-gelar Yesus diharapkan kita mampu memiliki sikap dan tindakan sebagai konsekwensi pemahaman kita dalam memahami gelar-gelar Yesus.

“Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Orang tidak akan sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6) sumber: mysticpost

Dalam masyarakat, kita mengenal adanya orang-orang yang karena sebab tertentu memiliki gelar. Ada gelar yang sifatnya akademis, ada gelar yang berkaitan dengan kebangsawanan, ada gelar yang berkaitan dengan ketokohan dalam bidang tertentu. Idealnya, orang yang memiliki gelar tersebut, hidupnya mencerminkan kemampuan atau perilaku yang sesuai.

Dalam Kitab Suci, kita menemukan berbagai gelar yang diberikan Allah sendiri maupun oleh Umat beriman maupun yang dinyatakan sendiri oleh Yesus. Dalam Kitab Suci, khususnya Kitab Suci Perjanjian Baru, Yesus memiliki banyak gelar. Dari sekian banyak gelar tersebut, ada tiga gelar yang sering disebut, yakni gelar Yesus sebagai “Tuhan”, “Anak Allah”, dan “Juru Selamat”.

Yesus itu TUHAN

Gelar Yesus sebagai “Tuhan”. Gelar itu dituliskan dalam beberapa variasi, antara lain: Yesus Tuhan, Tuhan Yesus, Tuhan kita, Tuhan kita Yesus Kristus. Bahkan, dalam surat-surat Paulus gelar ini dipakai lebih dari 200 kali. Kata “Tuhan” (dalam bahasa Yunani “Kyrios”) berarti “Dia yang mengatur seseorang atau sesuatu”. Yesus Tuhan berarti Yesus yang memiliki kuasa untuk mengatur atau memimpin. Yesus adalah pemimpin yang diurapi Allah (bdk. Luk 2: 11), yang dipilih dan dilantik langsung oleh Allah.

Gelar “Tuhan” dikaitkan dengan peranan Yesus sebagai Penyelamat manusia (bdk. 2Ptr 1:11). Wibawa kemuliaan bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk menyelamatkan. Gelar “Tuhan” terkait erat dengan kemuliaan dan kedatangan-Nya kembali dengan kemuliaan-Nya pada akhir zaman, untuk mengadili atau menghakimi.

Gelar “Tuhan” menunjukkan wibawa atau kuasa Yesus yang tidak dapat dibantahkan oleh siapapun, sebab apa yang disampaikanNya merupakan perintah Tuhan sendiri (bdk. 1Kor 9: 14). Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat (bdk. Mrk 2: 28).

Gelar “Tuhan” merupakan seruan doa dan ibadat. Itulah sebabnya dalam doa-doa orang Kristen berseru Yesus sebagai Tuhan. Yesus adalah satusatunya Junjungan (bdk. 1Kor 8: 5). Bila orang Kristen berkumpul dan bernyanyi, mereka bernyanyi bagi Tuhan. Seruan “Yesus Tuhan” adalah seruan iman. Kepercayaan khas orang Kristen adalah kepercayaan akan Yesus, Kristus Tuhan (bdk. Rm 10: 9). Roh Kuduslah yang mengantar orang sampai pada pengakuan bahwa Yesuslah Tuhan (bdk. 1Kor 12: 3).

Yesus adalah Anak Allah

Gelar “Anak Allah” menunjukkan hubungan khas antara Yesus dan Allah. Tidak ada hubungan yang begitu erat dan mesra seperti Yesus dan Allah (bdk. Yoh 10: 30). Dalam hubungan yang erat tersebut tetap terlihat bahwa antara Yesus dan Bapa berbeda. Yesus tidak sama dengan Allah Bapa. Allah Bapa berbeda dengan Yesus sang Anak (bdk. Yoh 14: 28). Anak dan Bapa memiliki peranan yang berbeda. Hubungan antara Bapa dan Anak itu tampak dalam “ketaatan”. Yesus taat sempurna terhadap Allah, Bapa-Nya (bdk. Yoh 4: 34). Seluruh hidup dan pribadi Yesus melayani dan melaksanakan kehendak Bapa, dan semua itu dijalankan dengan ketaatan secara total, bahkan taat sampai mati di kayu salib.

Gelar “Anak Allah” juga menunjukkan pengetahuan dan pengenalan Yesus yang istimewa tentang Allah. Hanya Anaklah yang mengenal Bapa dengan baik (bdk. Mat 11: 27). Pengetahuan-Nya bukan sekedar pemahaman intelektual, melainkan lebih sebagai sikap pribadi.

Gelar “Anak Allah” juga memperlihatkan “kewibawaan Yesus”. Yesus adalah Anak Allah yang berwibawa.

Yesus adalah Juru Selamat

Yesus datang untuk menanggapi kerinduan manusia yang paling mendalam yaitu keselamatan secara paripurna. Keselamatan itu dinyatakan dengan pembebasan manusia dari dosa (bdk. Mat 1: 21) dan mendekatkan kembali manusia kepada Allah (bdk. Ibr 7: 25). Seluruh kata dan perbuatan- Nya terarah pada upaya mendekatkan hubungan manusia dan Allah (bdk. Rm 5: 10).

Melalui perjuangan-Nya, Yesus menyatakan bahwa keselamatan yang diberikan Allah itu semata-mata sebagai kasih karunia Allah (bdk. Kis 15: 11). Keselamatan yang dialami manusia bukan pertama-tama usaha manusia, melainkan karunia kasih-Nya (bdk. 1Kor 1: 21). Walaupun demikian, Allah tetap bersikap aktif dalam mengupayakannya. Keselamatan itu berkembang dalam pewartaan (bdk. Yak 1: 21). Yesus mewartakan bahwa keselamatan itu bagaikan biji yang ditaburkan, yang mulai dari hal-hal kecil tetapi akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah (bdk. Mat 13: 1-9).

Keselamatan yang ditawarkan Yesus itu tetap diteruskan dalam Gereja dan terlaksana secara sakramental. Sakramen dalam Gereja mengungkapkan tindakan Allah yang menyelamatkan.

Kedudukan Yesus sebagai Juru Selamat sekaligus menegaskan bahwa Ia datang untuk menolong manusia karena manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri. Ia tampil sebagai jalan dan sarana mencapai keselamatan yang ditawarkan Allah itu. Janji itu pula yang menjadi kekuatan dan harapan yang pasti, bahwa pada saatnya keselamatan itu akan dinyatakan secara penuh.

Rumusan pokok-pokok gagasan konsekuensi bagi orang yang mengimani Yesus Kristus dengan gelar-gelar di atas:

Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, maka itu berarti:

  • Kita menjadikan Yesus sebagai pimpinan atau junjungan yang mengarahkan hidup kita. Hidup kita setiap hari ada di dalam pimpinan-Nya.
  • Kita menjadikan kata-kata Yesus sebagai kata terakhir, sebab katakataNya adalah sabda Tuhan. Kata-kata-Nya adalah ukuran terakhir dan tertinggi.
  • Pengakuan kita terhadap Yesus merupakan pengakuan iman yang merupakan semboyan perjuangan sampai tuntas. Yesus Tuhan dulu dan sekarang. Pengakuan ini adalah suatu sikap penyerahan diri kepada-Nya dengan segala risiko.

Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah, maka itu berarti:

  • Yesus merupakan teladan bagi kita dalam hal ketaatan kepada kehendak Allah daripada ketaatan kepada kehendak sendiri.
  • Yesus adalah pribadi yang menampilkan wibawa dan pesona Ilahi. Orang yang berhadapan dengan Yesus berarti berhadapan dengan wibawa dan pesona Ilahi itu.
  • Yesus dekat dengan Allah yang tersuci dan pantas dihormati. Sebutan itu menumbuhkan rasa devosi dan penyerahan diri.

Jika kita mengakui bahwa Yesus adalah Juru Selamat, maka itu berarti:

  • Kita bersedia mengikuti-Nya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan tawaran keselamatan dari Yesus.
  • Kita menjadikan Yesus sebagai Penolong untuk sampai kepada Allah, karena kita tidak dapat menolong diri kita sendiri di hadirat Allah.
  • Kita percaya bahwa Yesus telah membebaskan kita dari dosa dan maut; percaya bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan. Untuk menunjukkan diri sebagai orang yang telah diselamatkan, kita hidup sesuai dengan firman-Nya.