Gereja yang Menguduskan (Liturgia)


A. Gereja yang Menguduskan (Liturgia)

Saksikan Video berikut dan berikan komentarmu!

Gereja yang Menguduskan (Liturgia) adalah bagian pertama dari Bab IV Tugas-Tugas Gereja. Pada bagian ini kita diajak untuk memahami tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan  dan  peranannya sebagai murid Yesus Kristus serta mampu melibatkan diri tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

Perhatikan gambar berikut ini! Apa yang terlintas dalam pikiranmu bila melihat gambar ini?

 

Pelajari dan analisa artikel berikut ini, untuk mengatasi masalahmu!

Liturgi (Liturgia) berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Ini berarti mengamalkan tiga tugas pokok Kristus sebagai Imam, Guru dan Raja. Dalam kehidupan menggereja, peribadatan menjadi sumber dan pusat hidup beriman. Melalui bidang karya ini, setiap anggota menemukan, mengakui dan menyatakan identitas Kristiani mereka dalam Gereja Katolik. Hal ini dinyatakan dengan doa, simbol, lambang-lambang dan dalam kebersamaan umat. Partisipasi aktif dalam bidang ini diwujudkan dalam memimpin perayaan liturgis tertentu seperti: memimpin Ibadat Sabda/Doa Bersama; membagi komuni; menjadi: lector, pemazmur, organis, mesdinar, paduan suara, penghias Altar dan Sakristi; dan mengambil bagian secara aktif dalam setiap perayaan dengan berdoa bersama, menjawab aklamasi, bernyanyi dan sikap badan.

Para Bapa Gereja mengajarkan  bahwa “dalam liturgi Kristus yang bertindak, Kepala dan Tubuh. Sebagai Imam Agung kita, Dia merayakan dengan tubuh-Nya, yaitu Gereja, baik di surga maupun di bumi” (Kompendium KGK 233). Ditegaskan pula bahwa “Gereja di dunia merayakan liturgi sebagai umat imami, setiap orang bertindak menurut  fungsinya  masing-masing dalam kesatuan dengan Roh Kudus. Orang-orang yang dibaptis menyerahkan diri mereka kedalam kurban rohani, para pelayan yang ditahbiskan  merayakan sesuai dengan tugas yang mereka terima bagi pelayanan seluruh anggota Gereja, para Uskup dan Imam bertindak atas nama Pribadi Kristus, sang Kepala” (KKGK 235).

Dengan demikian liturgi merupakan perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Yang berdoa adalah hati, bukan badan. Hal itu berlaku untuk doa pada umumnya, dan juga untuk doa pribadi. Tetapi untuk doa bersama membutuhkan sedikit keseragaman demi  kesatuan  doa  dan  pengungkapan  iman. Liturgi sunguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh jika semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama itu.

Perhatikanlah beberapa hal penting dibawah ini:

Pertama, Liturgi  merupakan   perayaan  iman.   Perayaan   iman   tersebut   merupakan pengungkapan  iman  Gereja, di mana  orang  yang ikut  dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat.

Kedua, Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan Imam- Imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1: 6: bdk. 5: 9-10). Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan  mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya! Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.

Ketiga, Imamat  umum  melaksanakan  tugas pengudusan  antara  lain  dengan  berdoa, menyambut sakramen-sakramen, memberi kesaksian hidup, pengingkaran diri, melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif. Imamat jabatan membentuk dan memimpin umat serta memberikan pelayanan sakramen-sakramen. Semua umat mengambil bagian dalam imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat rohani demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Yang dimaksudkan dengan ibadat rohani adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristiani. Dalam urapan Roh, seluruh hidup orang Kristiani dapat dijadikan satu ibadat rohani.  “Persembahkan tubuhmu  sebagai korban  hidup,  suci, dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadat rohani yang sejati” (Rm 12: 1). Dalam arti ini, konstitusi Lumen Gentium menandaskan: “Semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan hidup  suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk. 1Ptr 2: 5). Dalam perayaan Ekaristi, korban ini dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan” (Lumen Gentium, Art. 34).

Keempat, doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doa juga merupakan ungkapan  iman  secara pribadi  dan  bersama-sama.  Oleh  sebab itu,  doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara  manusia dan Tuhan  dalam hidup  yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar-pribadi dengan Allah.

Kelima, peranan  dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara  lain: mengkomunikasikan diri kita kepada Allah;mempersatukan diri kita dengan Tuhan; mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.

Syarat dan cara doa yang baik; didoakan dengan hati; berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; diucapkan dengan rendah hati. Cara-cara berdoa yang baik: Berdoa secara batiniah.“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar …” (lih. Mat 6: 5-6). Berdoa dengan cara sederhana dan jujur, “Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele … “ (lih. Mat 6: 7).

Doa Resmi Gereja; Orang boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama dalam suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Tetapi doa, di mana suatu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi, doa kelompok yang resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Hal yang pokok bukan sifat “resmi” atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah “karya Kristus, Imam Agung, serta Tubuh-Nya, yaitu Gereja”. Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan “kegiatan suci yang sangat istimewa”, tetapi juga wahana utama untuk mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (SC 7).

Setelah membaca dan mempelajari pokok bahasan diatas. jawablah lah pertanyaan dibawah ini!