Beriman Kristiani


Beriman Kristiani adalah materi ke 4 dari tema Bab I Orang Beriman Menanggapi Karya Keselamatan Allah, materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Pada bagian ini kita diajak untuk lebih mamahami tentang: Menghayati bahwa Yesus Kristus adalah tanda agung pewahyuan Allah; Mengimani bahwa Yesus Kristus adalah sumber iman Kristiani; Mewujudkan iman Kristiani dalam Gereja Katolik berdasarkan dokumen Gereja Lumen Gentium art. 14; Mengimani Tritunggal mahakudus dalam iman Katolik dan penjelasan bahwa Roh Kudus terus bekerja dalam Gereja Berkaitan dengan tema Beriman Kristiani ini, mari kita simak pembahasan dibawah ini!

Manusia menanggapi karya penyelamatan Allah tersebut dengan beragama dan beriman. Pada pelajaran ini kita akan membahas hal yang lebih khusus tentang Beriman Kristiani.

Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah
Umat Kristiani menghayati karya penyelamatan Allah yang paling nyata tampak dalam diri Yesus Kristus. Setelah berulang kali dan dengan pelbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibrani 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni Sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lihat Yohanes 1:1-18). Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, “menyampaikan sabda Allah” (lih. Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan Bapa kepada-Nya (lihat Yohanes 5:36, 17:4). Oleh karena itu barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (lihat Yohanes 14: 9). Dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan tanda-tanda dan mukjizat-Nya, terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya dan meneguhkan dengan kesaksian Ilahi, bahwa Allah menyertai kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa dan maut, serta membangkitkan kita menuju hidup kekal. Bagi umat Kristiani Yesus Kristus menjadi Tanda Agung Pewahyuan Allah. Dalam surat Paulus kepada orang Ibrani (Ibr 1:2) dikatakan, “Pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan Dia yang adalah Anak-Nya”. Dalam dan melalui Yesus, Allah memperkenalkan diri secara paling sempurna. Dalam diri Yesus Allah yang tidak kelihatan menjadi nyata. Ia tidak hanya mengajarkan Allah yang mengasihi, melainkan Ia sendiri mengasihi. Yesus tidak hanya mengajarkan Allah yang Pengampun, Dia sendiri mengampuni. Wahyu Allah dalam diri Allah tidak hanya merupakan ajaran atau janji, tetapi Allah sendiri yang langsung bertindak menyelamatkan umat manusia dapat dilihat dan dirasakan. Janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia terlaksana secara penuh dan nyata dalam diri Yesus Kristus. Ia adalah “Imanuel, yang berarti: Allah beserta kita” (Matius1:23).

Akulah terang dunia

Detail pada kaca bergambar yang menggambarkan Yesus: Akulah terang dunia, Bantry, Irlandia.
Sumber: wikipedia 

Kekhasan Iman Kristiani dan Meneruskan Wahyu Ilahi
Tetapi sebagai “pengantara antara Allah dan manusia” (1 Tim 2:4), yang walaupun telah wafat namun tetap hidup dan berkarya di dunia ini melalui Roh-Nya. Untuk seorang Kristen, iman akan Allah berhubungan erat dengan iman akan Dia, yang diutus-Nya, “Putera-Nya terkasih”, yang berkenan kepada-Nya (Markus 1:11) dan Dia yang harus kita dengarkan. Tuhan sendiri berkata kepada murid-murid-Nya: “Percayalah kepada Allah dan percayalah kepada-Ku juga” (Yohanes 14:1). Kita dapat percaya kepada Yesus Kristus karena Ia sendiri Allah, Sabda yang menjadi manusia: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:18). Karena Ia sudah “melihat Bapa” (Yohanes 6:46), Ia adalah satu-satunya yang mengenal Bapa dan dapat mewahyukan- Nya (Katekismus Gereja Katolik art.151). Menjadi tugas Gereja untuk meneruskan karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Karena dalam kebaikan-Nya, Allah telah menetapkan bahwa apa yang diwahyukan-Nya demi keselamatan semua bangsa, harus tetap utuh untuk selamanya dan diteruskan kepada segala keturunan. Maka Kristus Tuhan, yang menjadi kepenuhan seluruh wahyu Allah yang Maha Tinggi (lih. 2 Korintus 1:30; 3:16-4:6), memerintahkan kepada para Rasul supaya Injil, yang dahulu telah dijanjikan melalui para Nabi dan dipenuhi serta dimaklumkan oleh-Nya, disampaikan kepada semua orang sebagai sumber segala kebenaran yang menyelamatkan. Perintah ini dilaksanakan dengan setia oleh para Rasul dan penggantinya yaitu para uskup sehingga Injil dapat terpelihara secara utuh dan hidup dalam Gereja. Tradisi Suci dan Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Baru bagaikan cermin Gereja yang mengembara di dunia ini, untuk memandang Allah yang menganugerahinya segala sesuatu, hingga tiba saatnya Gereja dihantar untuk menghadap Allah tatap muka, sebagaimana ada-Nya (lihat 1 Yohanes 3:2). Umat Katolik menghayati dan mewujudkan imannya kepada Allah melalui kiprah Gereja sendiri di dunia ini. Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium memberi arahan tentang beberapa hal penting yang perlu diperhatikan Umat Katolik dalam menghayati pokok iman tersebut. Terutama kepada umat beriman Katolik Konsili suci mengarahkan perhatiannya.

Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi konsili mengajarkan , bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan Jalan Keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menengaskan perlunya iman dan baptis (lihat Markus 16:16; Yohanes 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-rang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan. Dimasukkan sepenuhnya ke dalam serikat Gereja, mereka yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata susunan Gereja, serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan Para Uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni pengakuan iman, sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak dengan “hatinya”. Pun hendaklah semua putra Gereja menyadari bahwa mereka menikmati keadaan yang istimewa itu bukan karena jasa-jasa mereka sendiri, melainkan berkat rahmat Kristus yang istimewa pula. Dan bila mereka tidak menanggapi rahmat itu dengan pikiran, perkataan dan perbuatan, mereka bukan saja tidak diselamatkan malahan akan diadili lebih keras (LG art. 14).

Secara singkat iman Kristiani dirumuskan dalam syahadat/Credo atau Pengakuan Iman. Dalam Credo terungkaplah iman Gereja akan Tritunggal Maha Kudus. Kunci pemahaman akan Tritunggal terletak pada iman bahwa Allah sejak semula berkeinginan menyelamatkan manusia, dan tindakan penyelamatan itu paling nyata dalam diri Yesus Kristus. Namun tidak berhenti disitu, sebab setelah Yesus Kristus wafat dan bangkit serta naik ke surga, Allah tetap bekerja menyelamatkan manusia berkat Roh Kudus yang dicurahkan pada setiap orang. Orang beriman Kristiani sejati adalah orang yang hidup dan tindakannya diwarnai dan dimotivasi oleh iman Kristianinya, dan bukan sekedar oleh alasan keagamaan yang cenderung lahiriah. Seorang yang beriman Kristiani adalah seorang yang religius, yaitu orang yang selalu menyadari bahwa seluruh peristiwa hidupnya merupakan karya Kristus yang menyelamatkan. Hidup beriman Kristiani meliputi beberapa aspek, yaitu pengalaman religius yang merupakan pengalaman dimana manusia sungguh menghayati karya dan kebaikan Allah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus dan karena pengalaman itu manusia sampai pada kemauan bebas untuk menyerahkan diri kepada kristus. Aspek kedua adalah penyerahan iman yang merupakan jawaban atas wahyu Allah yang telah berkarya. Penyerahan iman ini merupakan wujud tindakan yang sesuai ajaran-Nya dalam Mat 7: 21 “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk dalm Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga.” Aspek pengetahuan iman menuntut seorang umat Kristiani untuk terus menerus dan semakin mampu mempertanggungjawabkan imannya.

Mewujudkan Iman Kristiani dalam Hidup Sehari-hari
Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia secara terusmenerus dengan berbagai macam cara dan kesempatan, menuntut ketaatan iman dari pihak manusia. Dalam hal ketaatan iman, kita dapat meneladani iman yang ditunjukkan para nabi, santo-santa dan tokoh-tokoh suci, misalnya: a. Dalam Perjanjian Lama, kita mengenal Abraham; “Karena iman, Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibrani 11:8). Karena beriman, Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri yang dijanjikan Allah kepadanya. Karena beriman, Sara mengandung seorang putera yang dijanjikan. Karena beriman, maka Abraham mempersembahkan puteranya yang tunggal sebagai kurban. b. Dalam Perjanjian Baru kita mengenal Maria. Perawan Maria menghayati ketaatan iman yang paling sempurna. Oleh karena ia percaya bahwa bagi Allah “tidak ada yang mustahil” (Lukas 1:37), ia menerima pemberitahuan dan janji yang disampaikan oleh malaikat dengan penuh iman dan memberikan persetujuannya: “Lihatlah, aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu” (Lukas 1:38). Perawan harus mengandung padahal dia belum bersuami. Maria berani menghadapi semua itu karena imannya kepada Allah dan yakin akan penyertaan Allah dalam hidupnya. Meskipun iman lebih bersifat personal (merupakan hubungan pribadi dengan Tuhan), namun dalam usaha pengembangan iman perlu adanya kebersamaan dalam jemaat agar iman kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam perjumpaan dengan saudara-saudara seiman. Dalam upaya pengembangan iman, tentunya tidaklah mudah karena kita juga akan menghadapi berbagai macam tantangan dan hambatan. Tantangan dari dalam misalnya rasa malas, egois dan kebiasaan buruk lainnya. Tantangan dari luar seperti pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh media informasi, lingkungan yang kurang mendukung dan sebagainya. Untuk menghadapi berbagai macam tantangan tersebut,tidak ada jalan lain kita harus memperkokoh iman kita disertai dengan sikap penyerahan diri kepada karya Allah yang menyelamatkan.


Pages: 1 2 3