Gereja yang Membangun Persekutuan (Koinonia)


D. Gereja yang Membangun Persekutuan (Koinonia)

 

Pada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria) Selanjutnya kita akan mempelajari bersama Gereja yang Membangun Persekutuan (Koinonia) lanjutan dari Bab IV pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas XI SMA/K. Pada pembelajaran ini kita diajak untuk memahami serta mau Melibatkan diri dalam tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus.

Perhatikan video berikut ini:

 

Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun merupakan kumpulan anggota Umat Allah yang hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan. Kehidupan Menggereja terbangun dalam semangat kebersamaan berusaha menolong anggotanya yang mengalami kesulitan atau kesusahan karena kita adalah satu kesatuan keluarga Allah (Gereja).

Dalam Kitab Suci, dikatakan; Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).

Artinya bahwa kesatuan dan kebersamaan orang-orang percaya di dalam Kristus disebut persekutuan.

Kata yang dipakai untuk persekutuan dalam bahasa Yunani adalah Koinonia yang berasal dari kata dasar koinos yang berarti lazim atau umum. Artinya berkaitan dengan kebersamaan.

Maka koinonia (persekutuan) mempunyai dasar dan tujuan yang berasal dari Yesus Kristus. Dasar dan tujuan ini tidak dapat diganti dengan dasar dan tujuan yang lain. Jikalau persekutuan ini mengganti dasar, yang sudah diletakkan oleh dan di dalam Yesus Kristus maka persekutuan ini kehilangan hakekatnya dan secara azasi bukan persekutuan (koinonia) lagi.

Dengan demikian KOINÔNIA dalam Kristianitas berarti juga persekutuan jemaat Kristus dalam persekutuan Roh Kudus. Kuasa yang nyata dari Roh Kudus yang memimpin, menolong, menasehati, menghibur, membaharui dan mempersatukan warga jemaat.

Koinonia adalah persekutuan jemaat di dalam Kristus, walaupun banyak anggota namun membentuk satu tubuh Kristus. Di dalam Koinonia ini kita tidak hanya sekedar bersekutu, tetapi kita mengabarkan Injil Kerajaan Allah melalui perkataan/ kesaksian (Martyria) maupun perbuatan /pelayanan (Diakonia) dimana saja kita berada.

Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana (Kis 4:32-37) dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model hidup (gaya hidup) Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja (umat beriman) sepanjang waktu, partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan dan diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu.

Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya:

  1. Persaudaraan/persekutuan
  2. Mendengarkan Sabda/pengajaran
  3. Pelayanan terhadap sesama/solidaritas
  4. Perayaan iman/pemecahan roti/doa
  5. Memberi kesaksian iman (tentang Tuhan) melalui cara hidup mereka.

Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak.

Adapun hal-hal lain yang pada permukaan tampak dalam wujud tindakan sosial dan ekonomi, aksi solidaritas, kepedulian kepada sesama, menolong dan menyembuhkan orang sakit (Kis. 5:16) adalah merupakan buah, hasil atau dampak dari iman mereka kepada Tuhan, merupakan hasil dari upaya meneguhkan dan mewartakan iman mereka sendiri.

Maka komunitas Jemaat Perdana adalah komunitas iman, komunitas spiritual, komunitas yang digerakkan oleh Roh Kudus, komunitas orang-orang yang bertobat (mau berubah), bukan komunitas yang terbentuk pertama-tama karena alasan-alasan (kepentingan) sosial, ekonomi atau kekuasaan. Tatanan duniawi, urusan sosial-ekonomi justru diresapi, dijiwai, digerakkan, oleh/karena iman mereka akan Tuhan itu dan bukan sebaliknya.