Yohanes 13:1-15 Renungan


Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya

Pada malam terakhir menjelang Yesus ditangkap, terjadi peristiwa yang paling dramatis di muka bumi ini. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk mempertunjukkan kepada murid-murid-Nya betapa besar kasih-Nya kepada mereka. Apa yang dilakukan Yesus pun memberi gambaran tentang pengorbanan diri-Nya di Kayu Salib guna menyampaikan kebenaran bahwa Dia meminta para murid-Nya saling melayani dengan kerendahan hati. Keinginan untuk menjadi yang terbesar senantiasa mengganggu pikiran mereka (Lih. Mat 18:1-4; 20:20-27; Mrk 9:33-37; Luk 9:46-48).

Dalam kehidupan bangasa Israel, membasuh kaki biasanya dilakukan oleh seorang hamba kepada tuannya. Membasuh kaki pada wakti itu merupakan simbol keramahan atau penghormatan bila ada tamu dengan martabat yang tinggi tengah berkunjung. Tuan rumah akan menjadi hamba dan melayani tamu agungnya itu dengan sebaik mungkin.

Kristus Membasuh Kaki Para Rasul
karya Meister des Hausbuches, 1475 (Gemäldegalerie, Berlin). id.wikipedia.org

Yesus menjadi seperti seorang hamba yang mencuci kaki tuan-tuannya. Inilah tanda cinta-Nya yang mendalam: pekerjaan para budak kafir diambil-Nya. Para murid bahkan tidak mau saling membasuh kaki, bahkan terhadap Guru mereka pun, mereka enggan melakukan pekerjaan tersebut.

Yesus begitu mencintai murid-murid-Nya yang ada di dalam dunia sampai setuntas-tuntasnya. Kasih Yesus itu dilakukan-Nya meski di pihak lain Ia tahu tentang niat jahat Yudas Iskariot yang mengikuti dorongan iblis untuk mengkhianati Dia. Yesus juga tahu bahwa kuasa Allah ada penuh dalam diri-Nya dan bahwa Ia datang dari dan akan kembali kepada Bapa (lih. Yoh 13: 3). Yesus memperagakan prinsip dasar yang para murid harus pahami, sebelum Ia mengutus mereka untuk meneruskan pekerjaan-Nya setelah Ia kembali kepada Bapa, yaitu: kerendahan hati Yesus menjadi teladan bagi pelayanan terhadap sesama.

Kisah tentang Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya dan wejangan yang menyertainya, Yoh 13:2-20, merupakan pendahuluan bagi wejangan-wejangan besar yang diucapkan Yesus dalam bab 13-17. Sebagaimana disampaikan oleh penginjil Yohanes bahwa wejangan itu mempersatukan berbagai pesan yang disampaikan Yesus pada waktu yang berbeda-beda. Bab 16 adalah majemuk sekali dan agaknya hanya dalam bentuk lain menyajikan sekali lagi apa yang dikatakan Yesus dalam bab 14. Wejangan-wejangan itu oleh Yohanes ditempatkan di sini, yakni pada saat Yesus beralih dari hidup di dunia ke hidup Illahi-Nya, dengan maksud menyingkapkan makna hidup Yesus yang terdalam.

Hal menarik adalah ketika Petrus memprotes apa yang dilakukan Yesus. Kata Simon Petrus kepada-Nya, aku mau berbagian, kalau begitu jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku, semuanya. Kita mengerti Petrus, seorang yang selalu ekstrim. Jawaban Yesus kepadanya (Lih. Yoh 13:9-11). “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: “Tidak semua kamu bersih.” (Lih. Yoh 13:10-11)

Yesus menjelaskan mengapa Dia melakukan itu. Ketika selesai membasuh kaki murid-murid-Nya, “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;” (lih. Yoh 13:12-14). Hal ini memberi pelajaran kepada kita bahwa: membasuh kaki menjadi sangat serius karena merupakan tindakan simbolik yang menunjuk kepada salib Kristus. Tempat di mana darah Kristus dicurahkan untuk membasuh kita dari segala dosa-dosa kita. Tanpa kita dibasuh oleh darah Kristus, maka kita tidak memiliki persekutuan dengan Kristus, kita tidak berbagian di dalam Kristus.


Pages: 1 2