Inkulturasi Liturgi Ekaristi


Melalui Ekaristi Yesus hadir, memberikan diri-Nya untuk keselamatan kita.  Maka, setiap kali merayakan Ekaristi, kita juga diutus untuk mewartakan Kristus di tengah masyarakat melalui tindakan nyata: belas kasih dan solider kepada mereka yang sedang menderita, terlebih dalam situasi sulit di masa pandemi covid-19 ini.

 Permenungan:

  • Karya keselamatan Allah dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Karya agung itu dilestarikan oleh Gereja hingga saat ini dan seterusnya sampai akhir zaman, terlaksana dalam Liturgi. Agar lebih terjamin bahwa umat kristiani memperoleh rahmat berlimpah dalam liturgi, Gereja sangat terbuka dengan adanya pembaharuan liturgi. Dalam liturgi terdapat unsur yang tidak dapat diubah, juga ada unsur yang dapat diubah,  sepanjang serasi dengan inti hakikat liturgi.
  • Apa yang dimaksud dengan inkulturasi liturgi?

Inkulturasi liturgi adalah suatu proses yang mengintegrasikan unsur-unsur dari budaya lokal ke dalam liturgi Gereja lokal. Unsur-unsur budaya lokal yang serasi dengan nilai iman kristiani dapat dimasukkan dalam liturgi suci.  Namun demikian hal itu hanya boleh dilakukan kalau kebutuhan nyata Gereja menuntutnya demikian. Inkulturasi dilakukan untuk membumikan nilai-nilai iman kristiani ke dalam budaya setempat agar Kristus semakin dikenal, serta umat beriman dapat semakin memahami makna liturgi.  Dengan demikian umat beriman dapat terlibat dalam Perayaan Ekaristi secara penuh, sadar, dan aktif.  Partisipasi seperti itulah yang dikehendaki oleh hakikat liturgi suci.

  • Apa kaidah dalam inkulturasi liturgi?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam inkulturasi liturgi:

  • Tujuan inkulturasi bukanlah asal tercipta ritus baru, namun dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan Gereja.
  • Inkulturasi liturgi merupakan proses yang panjang dan teliti. Sungguh diperhatikan sejarah, makna, dan tujuan dari budaya lokal itu apakah serasi dengan iman kristiani. Kalau dilakukan secara terburu-buru dan kurang hati-hati tradisi liturgi yang otentik akan tercemar (PUMR 398).
  • Tradisi lokal itu harus memuat unsur-unsur universal dalam pemaknaannya (dapat diterima sama baiknya oleh orang-orang dari pelbagai suku dan bangsa lainnya).
  • Harus serasi dengan maksud dan tujuan yang terkandung dalam Liturgi resmi Gereja Katolik, maka perlu ijin dan pengesahan pejabat resmi Gereja Katolik yang berwewenang dalam hal tersebut.
  • Dipahami baik oleh seluruh umat, sebab itu perlu proses katekese, pembelajaran, sosialisasi, dan integrasi.