Bahan Renungan
jangan omdo, gajah diblangkoni dan nato
Dengan tegas Yesus mengajarkan bahwa melaksanakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga merupakan suatu syarat untuk memasuki Kerajaan Sorga. Ketaatan pada kehendak Allah memang merupakan syarat yang tetap berlaku untuk keselamatan, namun Kristus juga menyatakan bahwa ketaatan itu merupakan kasih karunia yang berkaitan dengan keselamatan dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian kita harus senantiasa berdoa untuknya, menerimanya, dan mengamalkannya dengan iman dan usaha yang sungguh-sungguh.
Yesus menceritakan sebuah kisah tentang pembangun rumah yang bijak dan bodoh untuk menekankan arti penting ketaatan akan firman-Nya (Mat 7:24-27). Dia berkata, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Mat 7:24). Yesus memberi nasihat pada perihal kebijaksanaan dalam membangun kualitas hidup. Kualitas hidup itu ibarat membangun rumah. Supaya rumah kita dapat berdiri kokoh dan tahan terhadap goncangan, maka rumah itu harus dibangun di atas batu yang kokoh.
Jika bukan karena badai, para nelayan itu tidak akan menghadapi banyak tantangan yang penuh risiko. Tetapi badai itulah yang menunjukkan kelemahan mereka. Demikianlah kita memahami perumpamaan Yesus ini. Berbagai hal yang berisiko dalam hidup kita kini, baik ketidakpedulian atau ketidaktaatan rohani, dapat menenggelamkan kita saat badai menerjang. Yesus menceritakan sebuah kisah tentang pembangun rumah yang bijak dan bodoh untuk menekankan arti penting ketaatan akan firman-Nya (Matius 7:24-27). Dia berkata, “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (ayat 24).
Sering didengar istilah omdo (omong doang) atau nato (no action talk only) atau gajah diblangkoni (iso kojah ra iso nglakoni = bisa khotbah tapi tidak bisa melaksanakan) merupakan ungkapan bagi orang yang mendirikan rumahnya diatas pasir, tanpa pondasi yang kuat. Orang bisa saja berseru seru tentang Tuhan, tetapi tidak melakukan dalam kehidupan nyata adalah orang yang membangun rumah diatas pasir. Rumah itu pasti roboh. Tuhan lebih menghendaki orang orang yang tidak hanya mendengarkan sabda Tuhan dan menyebut nyebut nama-Nya saja, tetapi terutama melaksanakan Sabda itu dalam kehidupan nyata, dalam pergaulan dengan sesama dan masyarakat. Itulah seumpama orang yang membangun rumah diatas batu. Rumah itu kuat dan teguh.