Renungan
Gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah
Hari pertama di tahun 2021. Suara terompet sesekali masih sayup terdengar dan semarak sukacita pergantian tahun serasa belum mau pergi. Namun, matahari yang kembali terbit mengingatkan bahwa hidup tetap harus berjalan. Ada hal-hal yang dengan rela harus ditinggalkan di belakang dan mau tak mau ada banyak hal yang harus dihadapi di depan.
Sebagaimana ibu melahirkan kehidupan baru, hari pertama ini juga bertepatan dengan perayaan Maria Bunda Allah dan Hari Perdamaian Sedunia. Di kalangan umat abad-abad awal, Maria mulai digelari sebagai sang “Theotokos”, artinya “yang membuat keilahian lahir”. Penghargaan terhadap Maria sebagai yang membuat keilahian lahir dan menjadinyata kemudian resmi diterima dalam Konsili Ekumenis di Efesus th. 431. Dengan demikian resmi diakui Gereja bahwa Maria memungkinkan umat manusia mengalami keilahian sebagai berkat. Inilah sumber kekuatan bagi usaha orang-orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan kedamaian.
Dia yang lahir dan baru saja kita rayakan disebut sang Imanuel, “Tuhan beserta kita”. Yang Ilahi tidak membiarkan umat manusia sendirian. Dan Maria sang Theotokos “yang membuat keilahian lahir” itu menjadi saksi bahwa memang benar demikian. Kepada seorang perempuan muda di Nazaret dulu disampaikan ajakan untuk ikut serta membuat kebesaran ilahi jadi nyata. Namun ajakan yang sama kini masih ditawarkan bagi semua orang yang berkemauan baik.
Rahmat apa yang aku mohon untuk perjalanan hidup ke depan? Mungkin kedamaian bisa menjadi salah satu permohonan kita. Damai untuk diri sendiri, keluarga, bangsa Indonesia dan damai untuk dunia kita. Damai yang bukan sekadar slogan, namun damai yang membebaskan dan menghidupkan. Dan sebagaimana para gembala mencari sang sumber damai, masing-masing dari kita juga dipanggil untuk terlibat dalam mengusahakan perdamaian ini.
Di awal tahun baru ini, Gereja mengajak kita untuk menghadap Allah agar dapat melihat hahwa Allah memberkati, melindungi, memelihara, dan memberi kita damai sejahtera. Apa perlunya kita menghadap dan melihat babwa Allah memberkati kita? Menghadap dan memandang wajah Allah setiap hari memberikan semangat baru untuk kita. Suatu semangat yang kita butuhkan untuk bekerja, untuk belajar, untuk tetap bertekun dan menghadapi berbagai permasalahan serta ujian, baik di sekolah maupun di dalam hidup nyata. Menyadari kehadiran dan pandangan Allah setiap saat dalam hidup kita membuat kita berani menghadapi apa pun, bertahan dalam kejujuran dan kebaikan.
Bunda Maria memberi kita teladan untuk peka pada tanda-tanda kehadiran Bapa dan dukungan-Nya melalui berbagai peristiwa hidup, seperti melalui orang-orang yang kita jumpai, bahkan orang yang paling kecil dan sederhana sekalipun igembala). Kita mungkin sering mengharapkan kehadiran Allah pada mereka yang kaya karena memberi kita keuntungan materi, sehingga mengabaikan kehadiran Allah lewat orang-orang sederhana di sekitar kita. Kita diajak untuk mensyukuri peristiwa-peristiwa kecil dalam hidup, seperti Bunda Maria ‘menyimpan segala perkara itu dalam hatinya dan merenungkannya’. Belajar dari Bunda Maria, kita senantiasa berusaha peka akan bisikan Roh Kudus dalam hati kita.
Ya Bunda Maria, doakanlah kami agar peka pada suara Roh Kudus. Semoga kami hidup sesuai dengan teladan yang telah Engkau tunjukkan. Amin.