Yohanes 12:20-33 Renungan


Bahan Renungan

“Pemberitaan Kematian Yesus”

Yesus berbicara tentang kematian-Nya sebagai suatu pemuliaan dan bukan sebagai suatu tragedi. Dia mengajarkan murid-murid-Nya bahwa jalan mencapai keberhasilan adalah melalui penderitaan dan kematian (lih. Yoh 12:24). Yohanes menuliskan bahwa ada beberapa orang Yunani mengikuti perayaan paskah Yahudi di Yerusalem. Mereka memiliki hasrat untuk berjumpa dengan Yesus. Hasrat mereka disampaikan kepada Filipus dan Andreas. Mereka pun menyampaikan permohonan ini kepada Yesus. Jawaban Yesus terhadap permohonan ini menarik perhatian kita, yakni: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” (lih. Yoh 12:23). Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada peristiwa Kana, ketika Ia memulai perutusanNya. Pada saat itu Ia mengatakan kepada ibuNya: “SaatKu belum tiba” (lih. Yoh 2:5). Ia juga mengungkapkan hal yang sama kepada saudara-saudaraNya yang ingin menghadiri hari Raya Pondok Daun (Yoh 7:6-8).

Yohanes menceritakan bahwa ada beberapa orang Yunani mengikuti perayaan paskah Yahudi di Yerusalem. Mereka memiliki hasrat untuk berjumpa dengan Yesus. Hasrat mereka disampaikan kepada Filipus dan Andreas. Mereka pun menyampaikan permohonan ini kepada Yesus. Jawaban Yesus terhadap permohonan ini menarik perhatian kita, yakni: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” (lih. Yoh 12:23). Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada peristiwa Kana, ketika Ia memulai perutusanNya. Pada saat itu Ia mengatakan kepada ibuNya: “SaatKu belum tiba” (lih. Yoh 2:5). Ia juga mengungkapkan hal yang sama kepada saudara-saudaraNya yang ingin menghadiri hari Raya Pondok Daun (lih. Yoh 7:6-8). Para lawanNya juga hendak menangkap Dia tetapi saatnya belum tiba (lih. Yoh 7:30; 8:20). Saatnya Yesus itu sesuai dengan rencana dan kehendak Bapa. Pada saatnya yang tepat Ia akan berkata dengan terus terang: “SaatKu sudah tiba untuk dipermuliakan Bapa.”

Tuhan Yesus menyebut diriNya sebagai biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati agar dapat menghasilkan buah melimpah. Sebagai Putera Allah, Ia belajar menjadi taat dalam penderitaan untuk menjadi pokok keselamatan kekal bagi semua orang yang taat kepadaNya. Dialah pelaksana Perjanjian Allah yang baru di mana Allah mengampuni kejahatan umatNya dan tidak akan mengingat dosa-dosa umatNya.

Beriman pada Yesus berarti komitmen pribadi untuk mengikuti Dia, menaati semua ajaran-Nya serta berada di mana Dia ada. Mengikuti Yesus termasuk menyangkal diri dan memikul salib. Dalam kemanusiaanNya Yesus pun tidak mau menderita. Sebab, itu Dia berkata dalam doaNya di Taman Getsemani pada malam sebelum Ia ditangkap, “Ya Allah biarlah cawan ini berlalu daripadaku, tapi jangan biar kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang jadi”. Biar bagaimanapun, tak bisa dipungkiri, sejak kita mengikut Kristus, selalu saja ada masalah yang kita alami karena kita mengikut Dia.


Pages: 1 2