Gereja yang Mewartakan (Kerygama)


B. Gereja yang Mewartakan (Kerygama)

Pada bagian sebelumnya, kita telah mempelajari Tugas-Tugas Gereja yang Menguduskan (Liturgia) Selanjutnya kita akan mempelajari bersama bagian Gereja yang Mewartakan (Kerygama) lanjutan dari Bab IV pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas XI SMA/K. Pada bagian ini kita diajak untuk memahami dan mampu melibatkan diri dalam tugas pokok Gereja sesuai dengan kedudukan dan peranannya sebagai murid Yesus Kristus. Kita juga diajak untuk mempelajari bentuk-bentuk pewartaan dalam Gereja Katolik serta peranan Magisterium atau wewenang mengajar.

Dalam diri Yesus dari Nasaret, sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan sabda Allah. Tetapi oleh karena sabda itu sudah menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak dapat tinggal dalam sejarah untuk selamanya, maka untuk mempertahankan hasilnya bagi semua orang, sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk lain, yang di dalamnya sabda itu dapat hadir dan berbicara.

Ada tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja, yaitu:

“Akulah jalan, kebenaran, dan hidup. Orang tidak akan sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6) sumber: gambar
  1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja.
  2. Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif.
  3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang zaman.

Tiga bentuk pewartaan tersebut di atas saling berhubungan satu sama lain. Pewartaan aktual Gereja masa kini berdasarkan dan merupakan kesinambungan dari pewartaan para rasul dan pewartaan Kitab Suci yang diwariskan kepada kita. Ada perbedaan antara sabda Allah dalam ajaran para rasul dan Alkitab dan sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja. Oleh karena wahyu selesai dengan kematian para rasul, maka dasar normatif juga sudah diletakkan. Segala pewartaan selanjutnya tergantung pada norma itu. Tugas pewartaan tidak lain adalah mengaktualisasi apa yang disampaikan Allah dalam Kristus sebagaimana diwartakan para rasul.

Dengan demikian, sabda Allah sungguh datang kepada manusia dan menyelamatkan mereka yang mendengarkan dan melaksanakan pewartaan Gereja. Pewartaan sabda Allah oleh Gereja bukan hanya sekedar informasi mengenai Allah dan Yesus Kristus, melainkan sungguhsungguh menghadirkan Kristus yang mulia. Di dalamnya Kristus menyelamatkan, menyembuhkan hati dari setiap orang yang mendengar dan membuka diri terhadap sabda yang disampaikan itu. Kristus membebaskan kita dari dosa melalui sabda-Nya.

Dalam mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui kata- kata (kerygma), tetapi juga dengan tindakan (martyria). Pola pewartaan itu adalah Pewartaan verbal (kerygma)

Pewartaan verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan untuk berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator pendalaman Kitab Suci, dsb.

Bentuk-bentuk pewartaan masa kini, antar lain:

  • Kotbah atau Homili: Kotbah adalah pewartaan tematis. Homili adalah pewartaan yang berdasarkan suatu perikope Kitab Suci. Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar. Kotbah dan homili yang baik harus menyapa manusia. Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu arah, tetapi kotbah yang baik harus dapat menciptakan komunikasi dua arah secara batiniah.
  • Pelajaran agama: Dalam pelajaran agama diharapkan para guru agama mendampingi para siswa untuk menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
  • Katekese Umat: Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif berkomunikasi untuk menafsirkan hidup nyata dalam terang Injil, yang diharapkan berkelanjutan dengan aksi nyata, sehingga dapat membawa perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik.
  • Pendalaman Kitab Suci, dsb. Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok, atau pada kesempatan-kesempatam khusus seperti pada masa Prapaskah (APP), masa Adven, dan pada bulan Kitab Suci (September).

Tugas pewartaan mengaktualisasi sabda Tuhan yang disampaikan dalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul. Usaha mengaktualisasi sabda Tuhan itu mengandaikan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi. Ada dua tuntutan pewartaan, yaitu:

  1. Mendalami dan menghayati sabda Tuhan. Pengenalan dan penghayatan yang diwartakan adalah sabda Allah. Orang tidak dapat mewartakan sabda Allah dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan menghayatinya. Oleh sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui, dan menghayati isi Kitab Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja, dan keseluruhan tradisi Gereja, baik Gereja universal maupun Gereja lokal. Kita hendaknya senantiasa membekali diri dengan berbagai bacaan, penataran, dan macam-macam pembekalan lainnya.
  2. Mengenal umat/masyarakat konteksnya. Pengenalan latar belakang dari orang-orang yang kepadanya sabda Allah akan disampaikan tentu sangat penting. Kita harus mengenal jiwa dan budaya mereka. Dengan kata lain, pewartaan kita harus sungguh menyapa para pendengarnya, harus inkulturatif. Karena itu, pengenalan dan kepekaan terhadap lingkup budaya seseorang atau masyarakat sangat dibutuhkan. Pengenalan akan lingkup budaya dapat kita timba dari berbagai bacaan dan keterlibatan kita yang utuh kepada manusia dan budayanya. Kita hendaknya “menyatu dengan mereka yang kepadanya kita akan mewartakan kabar gembira itu”.