C. Budaya Kekerasan versus Budaya Kasih


Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI BAB VI dengan tema Hak Asasi Manusia. Pada bagian ini kita akan mendalami sebuah tema, yaitu: Budaya Kekerasan versus Budaya Kasih. Dalam bagian ini kita diajak untuk  memahami bahwa sikap Gereja menolak keras setiap tindakan kekerasan yang merendahkan martabat manusia. Yesus adalah tokoh teladan yang sempurna yang mengajarkan dan mempraktik dalam hidup-Nya dengan budaya kasih ketika mengalami kekerasan yang dilakukan oleh sesamanya sendiri bangsa Yahudi dan penguasa kolonial Romawi.

Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala terkenal sebagai manusia yang ramah-tamah. Karena itu ada syair lagu mengatakan “tak ada negeri seindah persada nusantara. Terkenal manis budi bahasa dan lemah lembut perangainya….Mereka saling mengenal dan saling menghargai hak asasi…” Namun kisah indah manusia Indonesia dalam syair lagu tersebut kini harus dikoreksi kembali. Betapa tidak, kini manusia Indonesia mudah terpicu untuk bertikai dan bahkan tidak segan-segan menggunakan kekerasan bedarah-darah. Tiada hari tanpa berita di media massa tentang kekerasan di negeri ini. Masalah-masalah yang sepele saja dapat memicu kekerasan yang besar antar-kampung, antar-kampus, antar-sekolah, antar-etnis, suku, dan agama.

Bagaimana jadinya, apabila ada masalah besar? Bisa saja terjadi peristiwa killing fields di negeri ini. Fenomena kekerasan di Indonesia kini menjadi budaya, yaitu budaya kekerasan Menurut Prof. Dawam Raharjo, istilah “budaya kekerasan” adalah sebuah contradiction in terminis. Agaknya istilah itu semula berasal dari ucapan menyindir bahwa “kekerasan telah membudaya”. Maksudnya adalah bahwa kekerasan telah menjadi perilaku umum. Frekuensi pemberitaannya di media massa mempertegas bahwa gejolaknya sangat nampak dalam masyarakat. Tindak kekerasan yang umum terjadi bisa dilakukan secara individual maupun secara kolektif atau bersama-sama.


Pages: 1 2 3 4